Jumat, 12 Februari 2010

DIBALIK KEGAGALAN

Setiap manusia pasti pernah mengalami kegagalan untuk mencapai tujuan.Memang,tidak ada orang selalu berhasil dalam merealisasi setiap rencananya.Kegagalan tertebut tentu tidak lepas dari taqdir Allah Swt.Sebuah ungkapan masyhur mengatakan :”Manusia berusaha,Allah jualah yang menentukan”.
Setiap kegagalan biasanya menghasilkan perasaan kecewa,sedih,menangis atau marah.expresi tersebut sebenarnya wajar-wajar saja.Namun,apa yang sebaiknya dilakukan ketika sebuah kegagalan datang menimpa kita?.
Langkah terbaik adalah Ridho terhadap ketetapan Allah serta berupaya mengungkap hikmah dan pelajaran yang tersembunyi dibalik kegagalan tersebut.Sebab,h Allah swt tidak pernah mendhalimi hambaNya.Sehingga,segala ketentuan Allah baik berupa keberhasilan atau kegagalan selalu berdampak kemaslahatan bagi hambNya.amat naïf jika kegagalan dilampiaskan dengan menyalahkan Allah,serta menganggap allah tidak adil dan pilih kasih.
Salah pula jika kegagalan membawa rasa putus asa dan patah semangat.Apalagi sampai berputus asa dari rahmat Allah,padahal rahmat Allah(kasih sayang) Allah tak terbatas jumlahnya.Kita perlu mengingat pesan Nabi Ayyub kepada putra-putranya,”…….dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.Sesunggunya tiada yang berputus asa dari rahmat Allah melainkan orang kafir.”(Qs. Ysuf :87).
Ketika da’wah di kota Makkah mengalami stagnasi Rasulallah saw.mengalihkan perhatiannya dengan melakukan manuver ke Thaif.Beliau berharap akan mendapat sambutan dikota itu.Namun kenyataanya tidak demikian.Kedatangnnya telah diketahui oleh pemimpin Quraisy.Sebelum Rasulallah menyampaikan misinya. Orang-orang kafir Quraisy tlah menghasut penduduk Thaif agar menolak kedatangan beliau. Bahkan melempari beliau dengan batu.
Kegagalan ini membuat Beliau amat bersedih,yang lalu diexpresikannya melalui do’a yang panjang disebuah kebun,bahkan malaikat menawarkan untuk menimpahkan gunung Akhsyabin kependuduk Thaif.Akan tetapi beliau tidak mendendam dan patah semangat untuk berda’wah.
Kejadian tersebut telah memberikan pelajaran berharga betapa pentingnya menjaga kerahasiaan dalam menerobos lahan da’wah yang baru agar semua rintangan yang muncul dapat dianti sipasi sejak dini. Ini nampak pada kisah hijrah nabi dan para sahabatnya ke kota Madinah. Dari buku-buku shiroh kita dapati,beliau sangat teliti dan hati-hati dalam mengamankan peristiwa hijrah.
Dari sini dapata dipahami makna ungkapan masyhur :” Seorang muslim tidak terjatuh dua kali dalam lubang yang sama. Karena itu mengambil pelajaran dari sebuah kegagalan suatu keharusan.
Mungkin saja kegagalan tersebut bukanlah kegagalan untuk selama-lamanya,namun hanyalah keberhasilan yang tertunda. Sehingga,sungguh keliru jika sebuah kegagalan memunculkan rasa pesimistis yang berlebihan.Dengan begitu,seorang muslim dituntut untuk selalu bersikap optimistis dalam beraktifitas dimasa lalu, pemahaman ini telah terekam dengan jelas apa yang dikatakan oleh Umar bin Khottob ketika Umar dan para sahabat mau memasuki sebuah kampung yang terserang wabah penyakit menular yang hebat,dari kisah yang panjang itu, singkat cerita,separuh para sahabat memilih terus dan sebagian lagi memilih kembali,akhirnya Umar berkata kita belok ketempat lain saja,kemudian ada satu sahabat membantah”,Hai,Umar apa kamu lari dari taqdir Allah ?” lantas Umar menjawab,”ya,saya lari dari taqdir Allah menuju taqdir Allah yang lain.Maksudnya kalau disitu ada taqdir Alllah, maka disana juga ada taqdir Allah yang lain,”(HR.Shohih Bukhori:jilid4,)sehingga bagaimanapun pemahaman orang tentang taqdir,pemahaman yang benar, akan melahirkan sifat yang optimis bukan pesimis,guna menyongsong masa depan yang lebih gemilang. Aminn………….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar